Indramayu, medianetral.com – Pembakaran jerami di areal pesawahan kecamatan Sliyeg, akibatkan ganggu pengguna jalan dan penduduk.
Pasalnya asap yang dikeluarkan dari pembakaran jerami tersebut terbawa angin hingga menghalangi penglihatan para pengguna jalan. Tidak hanya itu masyarakat sekitar juga merasa sangat terganggu.
Kebiasaan para petani membakar jerami seusai panen dipercaya dapat menyuburkan tanah. Padahal pembakaran jerami di tengah sawah akan berdampak buruk bagi tanah dan tanaman.
Dosen Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember (Polije), Rudi Wardanah, mengatakan, pembakaran jerami memiliki banyak kerugian bagi tanah dan tanaman. Menurutnya, jerami memang memiliki kandungan unsur hara yang cukup besar, terutama jika dijadikan kompos. Jerami juga dapat memperbaiki kondisi tanah dari bahan kimia. Namun ketika dibakar di tengah sawah sebaliknya akan merusak unsur tanah, ujarnya. (dikutip dari jember.id)
Waryo (57) warga Desa Balongan yang kebetulan melintasi ruas jalan Karangampel – Jatibarang, mengaku sangat terganggu dengan polusi asap yang _nguwel_nguwel_ sampai ke jalan raya. Jum’at (17/05/2024).
“Jelas ini menggangu pengendara, asapnya membuat mata perih, dan mengganggu pernapasan.” Terangnya.
Hal yang sama juga diakui Suratno (35) bendahara kantor UBK Lawyer yang berada di ruas Jalan Raya Karangampel – Jatibarang Kecamatan Sliyeg.
“Semalaman saya merasakan asap dari pembakaran jerami sangat parah dan tidak seperti biasanya, dari Desa Gadingan sampai sambimaya semuanya tertutup asap,” jelasnya.
Dia berharap agar pemerintah terkait memberikan solusi terbaik agar pembakaran jerami tidak lagi dilakukan. Soalnya selain tidak baik bagi kesuburan tanah, efek asapnya juga mengganggu aktivitas warga, tukasnya.
(Margo)