Indramayu, medianetral.com – Banjir rob yang disebabkan oleh pasang air laut kembali menerjang pesisir pantai Indramayu. Pada Rabu, 13 November 2024, lima blok di Desa Eretan Wetan terendam air setinggi 50 cm, dan pada hari ini, Jumat (15/11/2024), ketinggian air terus meningkat menjadi 60 cm. Bencana ini melanda tiga desa bertetangga, yaitu Desa Eretan Wetan, Eretan Kulon, dan Kertawinangun, yang semuanya terletak di pinggir laut dan dekat dengan aliran sungai.
Menurut keterangan Kuwu Eretan Wetan, H. Edi Suhaedi, kawasan yang paling parah terdampak adalah lima blok yang berada di dekat laut dan aliran Sungai Eretan. Warga setempat kini merasa terisolir karena banjir rob menghalangi akses mereka untuk keluar rumah. Bahkan, banyak di antara mereka yang terpaksa tinggal di rumah, sementara Pemdes Eretan Wetan membuka aula desa sebagai tempat pengungsian sementara bagi masyarakat yang membutuhkan perlindungan.
“Ini sudah hari ketiga sejak banjir rob melanda. Pada hari pertama, airnya setinggi 50 cm, dan hari ini sudah mencapai 60 cm. Masyarakat masih bertahan di rumah masing-masing, meski kami sudah menyediakan aula desa untuk tempat berlindung,” ungkap H. Edi Suhaedi.
Edi Suhaedi mengungkapkan bahwa air rob yang masuk ke permukiman warga berasal dari Sungai Eretan, yang selama ini menjadi jalur utama masuknya air laut. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah pusat segera merespons dengan membangun tanggul di sepanjang aliran sungai ini. Menurutnya, pembangunan tanggul dengan ketinggian sekitar 2 meter dapat mencegah lebih lanjutnya ancaman banjir rob yang semakin meningkat.
“Kalau sungai ini bisa disender dengan ketinggian 2 meter, Insya Allah ancaman banjir rob akan aman. Kami berharap pemerintah pusat segera membangun tanggul tersebut karena sungai ini menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak banjir rob,” tambah Edi Suhaedi.
Sementara itu, masyarakat di ketiga desa yang terdampak berharap pemerintah segera memberikan perhatian lebih untuk menangani persoalan banjir rob yang terjadi hampir setiap tahun. Para warga merasa kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari karena akses jalan yang tergenang air dan ketidakmampuan mereka untuk keluar rumah. Tak hanya itu, kondisi ini juga berdampak pada sektor ekonomi, di mana petani dan nelayan di wilayah tersebut kesulitan untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Pemerintah desa setempat, dalam hal ini, telah berupaya mengedukasi warga untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca, serta menyediakan fasilitas pengungsian yang bisa diakses oleh warga yang membutuhkan tempat aman. Namun, untuk solusi jangka panjang, Edi menegaskan pentingnya adanya pembangunan infrastruktur yang dapat menanggulangi dampak dari fenomena alam yang sering terjadi tersebut.
“Banjir rob ini sudah menjadi masalah tahunan, dan setiap tahun dampaknya semakin besar. Kami butuh solusi permanen dari pemerintah pusat agar masyarakat kami bisa kembali hidup dengan tenang,” harap Edi.