Indramayu, medianetral.com – Sri Astuti (45), warga asal subang, dan ibunda Yuli membuka rumah makan Sari Rasa sejak 3 tahun lalu. Waktu itu menunya beragam, seperti kebanyakan warung tradisional. Mulai dari oseng oseng kacang panjang hingga ayam goreng. Tahu bacem dan sambal goreng ikan juga dijual di rumah makanya.
“Waktu itu ibu masih ngontrak di tempat ini juga,” ujar Yuli, yang anak pertama dari tiga bersaudara. Sisi kanan dan sisi kiri pada waktu itu masih berupa kebun dengan banyak pohon pisang. “Sepi sekali itu. Perkantoran belum banyak dibangun di jalan ini,” sambung Yuli.
Saat Sri hijrah dari Subang ke patrol dan membuka warung Sari Rasa, belum ada satu pun warung yang menjual menu garang asem. Ia pun belum berfikir menu itu akan disukai konsumen. Setelah sepuluh tahun menjalani usaha warung makan, baru terbersit di pikiran Sri untuk memasak garang asem dan menjualnya.
“Gara-gara melihat daun pisang yang banyak di kebun. Daun pisang itu terbuang percuma. Sewaktu ibu memungut daun pisang yang jatuh, saat itulah kerentek di hati untuk bikin garang asem,” tutur Yuli.
Mulailah Sri menawarkan garang asem yang tidak ia nyana justru menjadi favorit di warungnya. Orang yang datang selalu memesan garang asem. “Lama-lama menu lain makin dikurangi karena orang-orang hanya pesen garang asem, he he he,” imbuh Yuli.
Usaha Sri makin maju diteruskan Yuli. Pelanggan makin banyak karna di jalan patrol berdiri banyak kantor instansi pemerintah maupun swasta. “Kalau ada kunjungan kerja pegawai dari daerah lain ke sini, mereka sering dibawah ke sini. Kadang berombongan satu bus,” Yuli menjelaskan.
Beberapa tahun lalu, Sri membuka cabang Rumah Makan Sari Rasa di jalan terisi dan dikelola putri keduanya, Natalia (29). Dari hasil penjualan garang asem inilah Sri maupun Yuli mampu menunaikan ibadah haji. Sungguh usaha yang membawa berkah.
(Yogie). Minggu, (03/03/2024).