Indramayu, medianetral.com – Gempita kegembiraan dan kearifan lokal berpadu harmonis di Desa Manguntara, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, hari ini. Sebuah perhelatan akbar, Mapag Sri, yang telah melegenda, kembali digelar dengan megah, memukau ribuan pasang mata dalam balutan pagelaran wayang kulit kolosal yang memesona. Ini bukan sekadar perayaan panen biasa, melainkan ekstravaganza budaya yang sarat makna.
Kepala Desa Manguntara, Sujadi, tak bisa menyembunyikan raut bangga dan syukurnya. “Alhamdulillah, panen musim rendeng ini adalah anugerah luar biasa! Hasilnya melimpah ruah, melebihi ekspektasi. Mapag Sri ini adalah wujud nyata rasa syukur kami kepada Sang Pencipta,” serunya, disambut riuh tepuk tangan warga yang memadati area pertunjukan. Sukses panen kali ini memang menjadi tonggak sejarah bagi produktivitas pertanian di desa tersebut. Pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Tarsila Raksabumi, Ketua Panitia Mapag Sri Desa Manguntara, menambahkan bahwa perhelatan ini adalah jantung dari identitas Manguntara.
“Ini bukan hanya adat, ini adalah napas kami! Mapag Sri adalah warisan leluhur yang tak ternilai, sebuah jembatan yang menghubungkan kami dengan masa lalu, merayakan masa kini, dan menumbuhkan harapan untuk masa depan,” tegas Tarsila dengan penuh semangat. Tradisi ini, lanjutnya, adalah bukti nyata kekayaan budaya yang terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Sejak mentari bersinar terik, Desa Manguntara telah berdenyut dengan energi luar biasa. Ratusan keluarga membawa “tumpengan” raksasa, hasil kreasi kuliner lokal yang akan menjadi santapan bersama dalam “pesta rakyat” usai pagelaran wayang. Aroma rempah dan kehangatan kebersamaan menyelimuti setiap sudut desa, menciptakan atmosfer festival yang tak terlupakan.
Saat ini, sorotan lampu dan alunan gamelan telah mulai mengisi panggung utama, menandakan dimulainya pagelaran wayang kulit yang ditunggu-tunggu. Para dalang kondang akan menyuguhkan kisah-kisah epik yang sarat pesan moral, menghibur sekaligus mendidik.
Dipastikan, acara puncak ini akan rampung menjelang pukul 4 sore, diakhiri dengan doa bersama yang khusyuk, memohon keberkahan untuk masa mendatang. Mapag Sri di Manguntara bukan hanya perayaan, melainkan sebuah pernyataan: bahwa budaya dan kesuburan bumi adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dalam denyut nadi kehidupan desa ini.