Oleh: Masruri, M.Pd
Indramayu, medianetral.com – Gen Harum Fondation, Forum Sastra, Literasi Sastra Indonesia, hadir dalam kegiatan Bedah Buku Kumpulan Puisi Acep Syahril (61), “Rumah Sakit Cinta Kematian Koruptor” di Kafe Wira Juara Patrol, Selasa (21/5/2025) yang diprakarsai Owner Rizqi Amali Rosyadi. Dengan pembicara tunggal Penyair dan Sastrawan Remmy Novaris DM.
Rizqi menyatakan bedah buku antologi puisi penyair Acep Syahril ini merupakan bentuk kegiatan yang berhasil menjadi magnet paramuda wilayah Indramayu Barat, untuk itu kegiatan bedah karya puisi terbuka luas bagi pelajar dan mahasiswa yang jatuh cinta terhadap sastra khususnya puisi.
Buku kumpulan puisi “Rumah Sakit Cinta Kematian Koruptor”, yang mengangkat tema surealis, romantic, dan permasalahan sosial dalam bentuk penyelewengan kekuasaan. Merupakan gagasan mulia yang di pabrikasi cinta duniawi penuh nafsu kekuasaan disertai ambisi perampasan hak, melalui metalurgi dan proses system Negara yang korup.
Adapun buku kumpulan puisi Rumah Sakit Cinta Kematian Koruptor ini buku ke empat setelah “Ketika Indonesia Berlari, Negeri Yatim dan Guru dalam Selimut.
Dikatakan Acep Syahril, bahwa kegiatan yang dimotori Owner Rizqi Amali Rosyadi, bukan karena hubungan pertemanan tapi karena Rizqi memang tertarik oleh gagasan yang mengangkat tema spesifik dan yang selama ini cukup familiar dalam kehidupan masyarakat, yakni permasalahan korupsi.
“Saya sepemikiran dengan Rizqi, ketersumbatan komunikasi antara personal, khususnya pada persoalan sosial yang dialami banyak orang baik dirumah, di luar rumah, terlebih di lingkungan kerja. Adalah persoalan yang bersifat boomerang. Artinya ketika kita mengingatkan pasti ada yang tersinggung, sementara kalau dibiarkan dia akan menjadi gunung es. Akibatnya ketika gunung es itu runtuh akan membawa dampak buruk bagi semua orang,” tandas Acep.
Karena dari persoalan kecil penuh siasat itulah suatu saat akan hal tersebut berbalik menjadi penghancur moral. Dari persoalan kecil dilingkungan kerja, seperti manipulasi waktu, data yang kemudian berkembang pada materi yang di dalamnya sudah terjadi persekongkolan.
Lalu naik tingkat sampai pada perampasan hak yang dilakukan oleh kekuasaan dengan cara intimidasi, kong-kalikong, ancaman, money laundry, bahkan terang-terangan membuat friksi ketidaknyamanan. Pergeseran yang menimbulkan perbedaan pendapat ini merupakan produk kebijakan kekuasaan yang mengakibatkan masyarakat harus menderita.
menyaksikan potongan hati patahan air mata
dan tulang-tulang rakyat diantara huru hara
birokrasi politik dan demokrasi basi
mereka para pencuri dan beromocorah bangsa
itu seolah tengah menonton film dokumenter
dengan stelan safari dan dasi penuh lukisan
pulau-pulau vila mobil mewah ratusan pintu
kontrakan apartemen istri muda dan sisa
makanan kulit daging dan rambut rakyat
di sela-sela gigi mereka (puisi untuk bromocorah bangsa)
“Nah dari gagasan serta pikiran waras inilah kita harus segera menyadari hal itu, untuk tidak tertutup atas persoalan yang kita hadapi. Persoalan yang semua orang hidup akan menghadapinya, tapi kalau persolan tersebut dipelihara, atau dicarikan solusinya dengan mengorbankan orang lain, itu sama halnya licik,” tambah Acep Syahril, penyair yang sejak puluhan tahun keluar masuk sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia ini.
Ada juga peran cinta, rasa yang dalam dan pikiran bijaksana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan laten. Dimana persoalan laten ini jika dibiarkan dia akan mengendap bersama persoalan yang ada di dalamnya.
Seperti halnya apresiasi terhadap karya seni apapun, jika tidak dilakukan cara cara pendekatan edukatif sejak dini, dari mulai tahapan suka sampai kemudian cinta terhadap suatu bidang tertentu. Sepertinya sulit untuk mengembangkan minat apresiasi ini.
Sebaliknya jika persoalan laten tersebut disentuh dan digesek melalui aktivitas ekspresif writing atau menulis kreatif. Otomatis persolan yang tadi terpendam akan kembali muncul. Dan secara perlahan dia akan memperbaiki struktur berfikir seseorang, menjadi lebih baik, sehat dan kreatif.
Seperti dipaparkan psikolog sosial Amerika, James W. Pennebaker, dari hasil penelitiannya atas aktivitas menulis sangat bermanfaat untuk kesehatan mental manusia. Sebab, menulis dapat membantu seseorang untuk mengurangi stres, trauma, hingga depresi.