Gelar Festival Tradisi Keraton Sumedang Larang 2025 Berlangsung Meriah 

Sumedang, medianetral.com – Festival Tradisi Keraton Sumedang Larang 2025 yang digelar di Bale Agung Srimanganti Keraton Sumedang Larang berlangsung meriah. Puncak kegiatan berupa kirab alit dan jamasan pusaka dihadiri banyak tokoh adat dari berbagai daerah di Indonesia digelar Senin malam Selasa (25/08/2025)

Radya Anom Keraton Sumedang Larang, Rd. Luky Djhohari Soemawilaga, menjelaskan bahwa tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun pada 1 hingga 12 Maulud. Sebelum puncak acara, terlebih dahulu dilaksanakan Nyugu Ageung sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sekaligus bentuk penghormatan kepada para leluhur Sumedang Larang.“Acara jamasan pusaka ini diawali dengan penurunan pusaka, dilanjutkan kirab alit mengelilingi alun-alun, lalu pusaka dijamas di Gedung Srimanganti. Setelah itu, diadakan kobulan yaitu pembagian hasil bumi kepada masyarakat dan tamu undangan,” jelasnya.

(Foto Den Bagus M.Firdaus & Raden Anom Luky Johari Soemawilaga)

Luky juga mengungkapkan bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi. Meskipun undangan terbatas, ternyata lebih dari 500 orang hadir, termasuk tokoh-tokoh adat dan pejabat penting.

Di antaranya Raja Rote dari NTT, Sekjen Majelis Adat Kerajaan Nusantara Bunda Yani dari Keraton Sumenep, perwakilan Kasepuhan Sultan Raharjo, pejabat Kemenko Polhukam, Kepala Kanwil Kemenkumham Jabar, Dandim 0610 Sumedang, akademisi, hingga perwakilan keluarga besar keraton dari berbagai daerah di Jawa Barat, Banten, hingga Jawa Tengah.

“Awalnya kami hanya menyiapkan konsumsi untuk 200 orang, tapi ternyata yang hadir lebih dari dua kali lipat. Ini menunjukkan kecintaan masyarakat terhadap tradisi Sumedang Larang,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penyelenggaraan tahun ini bersifat mandiri tanpa bantuan pemerintah daerah, melibatkan gotong royong masyarakat dan kewargian.

“Alhamdulillah semua berjalan lancar berkat kebersamaan. Ke depan tentu perlu perencanaan lebih matang agar kegiatan ini dapat memberikan dampak lebih besar, termasuk untuk sektor pariwisata dan kebudayaan Sunda,” tambahnya.

(Foto Budayawan dan Family Sumedang Larang)

Di Festival Tradisi Sumedang Larang inipun turut dihadiri oleh Kepala Dinas Budaya & Pariwisata Kabupaten Majalengka Dr. H. Ida Heriyani, S., KM., MH. Kes, danjuga turut dihadiri dari Pimpinan & Sesepuh Padepokan YBSA Sukmajaya Sedjati Dari Sumber Wetan Kab. Majalengka Den Bagus Muhamad Firdaus. MR & Kibagus Suparno.

Den bagus juga berpesan agar Tradisi Sumedang Larang umumnya Tradisi Sunda ini terus di lestarikan dengan Pepakem yang sudah di tetapkan di masing masing pemangku adat dan Keraton.

(Foto Den Bagus M. Firdaus dan Kadis Budpar Kab. Majalengka)

“Tradisi ini penting untuk dilestarikan karena mengandung nilai simbolik yang mendalam. Prosesi Nyuguh Agung merepresentasikan ekspresi rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan ritual jamasan pusaka mencerminkan penghormatan terhadap leluhur serta pengakuan atas warisan perjuangan mereka. Selain itu, tradisi ini juga mengandung makna kepatuhan generasi penerus kepada orang tua dan leluhur, yang berfungsi sebagai landasan etika serta pengikat identitas kultural masyarakat.” Jelasnya.

Lebih lanjut den bagus mengatakan Namun, di balik kemeriahan tersebut, terdapat catatan kritis. Festival ini berlangsung sepenuhnya berkat swadaya keluarga besar keraton, gotong royong masyarakat, dan tanpa dukungan sebagian pemerintah Daerah. Absennya pemerintah daerah, khususnya Bupati Sumedang, menimbulkan kesan kurangnya kepedulian kepala daerah terhadap pemangku adat dan tradisi yang sesungguhnya menjadi fondasi sejarah berdirinya pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan oleh Den Bagus Muhamad Firdaus dari Padepokan YBSA Sukmajaya Sedjati, keberadaan pemerintahan modern tidak bisa dilepaskan dari pengabdian keraton dan leluhur yang telah menyalakan obor perjuangan bangsa.

“Festival Tradisi Keraton Sumedang Larang 2025 hadir sebagai wujud keteguhan budaya yang dijaga melalui swadaya keluarga besar keraton, semangat gotong royong masyarakat, serta dedikasi para budayawan. Namun di balik kemegahan itu, tersisa catatan yang menyentuh: absennya dukungan pemerintah daerah, termasuk ketidakhadiran Bupati Sumedang, yang semestinya menjadi bagian dari simpul penguat kebudayaan. Kehadiran negara dalam ruang tradisi bukan sekadar seremonial, melainkan pengakuan atas jasa dan pengabdian keraton serta pemangku adat yang telah menyalakan obor sejarah, memberi sumbangsih bagi lahirnya pemerintahan, dan meneguhkan keberadaan NKRI.” Paparnya

Den Bagus Muhamad Firdaus dan Anggota Padepokan YBSA Sukmajaya Sedjati Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka juga menyatakan rasa bahagianya turut serta memeriahkan Festival Tradisi Keraton Sumedang Larang 2025.

“kehadiran kami Padepokan YBSA Sukmajaya Sedjati dalam acara ini merupakan wujud nyata kepedulian terhadap pemangku adat keraton Sumedang Larang sekaligus ekspresi cinta pada budaya Sunda. Kami menegaskan bahwa undangan dari pihak keraton menjadi sebuah kehormatan, terlebih karena keluarga keraton telah menganggap kami sebagai bagian dari keluarga besar keraton itu sendiri.”, pungkasnya

(Foto Raja Sumedang dengan tamu kesultanan se-nusantara)

Festival ini sekaligus menjadi refleksi bahwa pelestarian budaya tidak bisa hanya dipikul oleh komunitas adat, tetapi memerlukan pengakuan dan dukungan negara agar tidak tergerus oleh arus modernitas. Dengan demikian, Festival Tradisi Keraton Sumedang Larang 2025 bukan sekadar sebuah perayaan, melainkan ruang pertemuan antara sejarah, identitas, dan masa depan. Ia adalah panggilan agar masyarakat dan negara bersama-sama menjaga warisan budaya, sehingga tradisi tidak berhenti sebagai romantisme masa lalu, tetapi terus hidup sebagai sumber inspirasi, kekuatan moral, dan identitas kultural bangsa Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar