Indramayu, medianetral.com – Sebaiknya Kemedikbud berani tegas mengeluarkan statement untuk menghapuskan kegiatan study toor, jika benar selama ini pihak sekolah sebagai pengambil keuntungan atas kegiatan tersebut. Sebab hampir sebagian besar media masa acap kali memberitakan perihal kegiatan study toor ini sebagai ajang pungutan liar (pungli) abadi terhadap siswa untuk “mengenyangkan” kepala sekolah serta jajarannya.
Kalau benar tudingan dan bahkan justifikasi ini mengapa pemerintah masih tinggal diam, mengapa tidak ada tindakan tegas untuk menghapus kegiatan yang dianggap sebagai praktik busuk itu. Begitu juga para orang tua siswa mengapa tidak berani melakukan mosi secara beramai-ramai agar seluruh sekolah di Indonesia menghapus kegiatan study toor yang dianggap membuat mereka sengsara.
Apalagi jika ditinjau secara akademik kegiatan study toor ini dianggap tidak penting dan tidak ada gunanya bagi perkembangan wawasan belajar siswa. Jadi sekali lagi sebaiknya pemerintah sesegera mungkin bertindak tegas untuk meninjau ulang perihal kegiatan study toor jika itu dianggap tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan dan sebaliknya dianggap menghancurkan ekonomi orang tua siswa.
Sebab dari kegiatan study toor ini tidak sedikit para kepala sekolah yang pernah dipolisikan karena dianggap laku mereka sama seperti koruptor. Dan bahkan tidak sedikit juga kemudian mereka dijadikan sapi perahan berbagai pihak dengan modus menakuti-nakutinya. Seharusnya dari banyak pengalaman seperti ini pemerintah sudah sejak awal dengan tegas menghapuskan kegiatan study toor.
Soalnya kelebihan anggaran perjalanan yang dikumpulkan dari siswa memang telah dikondisikan oleh pihak sekolah, selain untuk biaya transportasi, hotel, jalan-jalan ke lokasi wisata serta kunjungan kebeberapa perguruan tinggi yang menjadi tujuan perbandingan siswa sebagai pilihan untuk kelangsungan study para siswa.
Pemanfaatan besaran kelebihan anggaran yang dikondisikan pihak sekolah mungkin dianggap sebagai hal yang “kurang ajar”, sementara para orang tua siswa yang tidak mampu merasa diharu biru perekonomian mereka dan bahkan mereka merasa telah dihancurkan hidupnya, karena kegiatan study toor itu harus diikuti anak-anak mereka. Kalau begitu mengapa pemerintah masih tinggal diam dan mengapa tidak sesegera mungkin mengeluarkan sanksi dan menghapus kegiatan yang jika benar tidak bermaslahat itu.
Manfaat Study Toor
Dibelahan dunia manapun pendidikan sudah dipahami sebagai proses menerima dan memberi instruksi yang sistematis. Dari interaksi menerima dan memberi ini, ada berbagai teknik pendidikan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Salah satunya adalah menyelenggarakan study toor. Study toor memegang peranan penting dalam mendidik siswa secara praktis dan menarik selain interaksi di ruang kelas.
Fakta alami yang dapat langsung dirasakan para siswa melalui study toor terlihat secara nyata dan dapat mereka rasakan khususnya bagi yang tidak punya kebiasaan membaca buku. Apalagi kepada mereka yang kutu buku sudah jelas study toor ini akan sangat menguntungkan perkembangan wawasan mereka.
Mempelajari sesuatu dengan melihatnya secara langsung akan sangat membantu perkembangan logika dan imajinasi siswa. Disamping itu peran otak kanan akan lebih baik sebab secara visual pembelajaran praktis ini akan menempel cukup lama dipikiran siswa. Seperti pepatah barat ini “saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya mengerti.” Pepatah ini menjelaskan bagaimana seorang siswa pada saat berhadapan dengan objek dan situasi visual, dengan memaparkan kembali beberapa pelajaran ketika mereka berada di ruang kelas.
Study toor atau kunjungan lapangan, entah itu berupa objek wisata, museum, kegiatan seni budaya atau kunjungan kebeberapa perguruan tinggi, akan sangat membantu siswa berinteraksi dengan apa yang mereka pelajari.
Yang jelas study toor ini memberi kesempatan para siswa untuk belajar melalui perjalanan, khususnya ke tempat-tempat yang mungkin belum pernah mereka kunjungi. Selain dapat memunculkan ide-ide kreatif bagi mereka.
Study toor tidak hanya melekatkan banyak pelajaran dipikiran mereka dari perjalanan wisata itu, tapi juga memberikan “hiburan”. Bahkan tanpa disadari tiba-tiba mereka bisa saja bertindak sebagai motivator bagi teman-temannya yang lain. Termasuk semangat untuk cepat-cepat kembali belajar di ruang kelas setelah menyaksikan banyak hal di alam terbuka yang telah menyeret imajinasi mereka untuk menjadi lebih baik dari hari ini.
Lalu bagaimana dengan mereka yang selalu mempersoalkan kegiatan study toor ini, ketika anak-anak mereka sendiri ada di dalamnya. Lalu apa bedanya jika pihak sekolah telah melakukan kejahatan pungli, dengan mereka yang acap kali memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk meraih pundi-pundi. Naïf memang.
Acep sahril