Ki Bagus Suparno Ceritakan Sejarah Desa Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka

Majalengka, medianetral.com – Desa Sumber Wetan pada awalnya merupakan sebuah wilayah pedesaan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Menurut narasumber penuturan para pegiat sejarah dan sesepuh desa yang juga berperan sebagai Penasehat Yayasan Bakti Siliwangi Al-Makinah dan Padepokan Sukmajaya Sedjati.

Menceritakan asal-usul Desa Sumber Wetan dapat ditelusuri hingga masa ketika wilayah tersebut masih berupa hutan belantara, yang dikenal dengan sebutan Hutan Sanakeling dan Hutan Jati. Minggu 10 Agustus 2025

Pada masa itu, datanglah Ki Bagus Sidum, putra dari Padepokan Sambeng, yang melakukan tapa brata dengan tujuan menyelaraskan diri dengan alam dan mendekatkan diri kepada Allah.

Ia ditemani oleh dua pengikut setianya, yakni Ki Jagawana dan Ki Natawana (dikenal pula sebagai Buyut Baniyem dan Buyut Juwasih), yang diyakini sebagai pengikut dengan sifat Rijalul Ghaib.

Setelah bertapa selama sewindu (delapan tahun), para pengikutnya membutuhkan air. Ki Bagus Sidum kemudian mencabut tongkatnya, dan bekas tancapan tongkat tersebut memancarkan air jernih dan sejuk.

Peristiwa ini dianggap sebagai berkah, sehingga Ki Bagus Sidum memberikan pesan, “jika kelak wilayah itu menjadi sebuah desa, hendaknya dinamakan Desa Sumber”. Sebuah Sumur yang menjadi asal mula air tersebut kemudian dikenal dengan nama Keramat Sumur Sindu, yang diyakini muncul sekitar abad ke-14 Masehi.

Awalnya, Desa Sumber hanya terdiri dari satu wilayah. Namun, pada tahun 1986 desa ini dimekarkan menjadi dua, yaitu Sumber Wetan dan Sumber Kulon.

Ada beberapa versi mengenai sejarah Desa Sumber dan keberadaan Keramat Sumur Sindu, termasuk silsilah para leluhur desa. Dalam tulisan ini, digunakan versi yang diriwayatkan oleh Ki Bagus Suparno sebagai narasumber.

Silsilah Ki Bagusan Desa Sumber di ambil dari Jalur Ayah, Ki Bagus Suparno bin Casban, bin Naman, bin Buyut Carpan, bin Buyut Nurpan, bin Buyut Narsan, bin Ki Bagus Lebe Arimah, bin Ki Bagus Wirayuda Wasa, bin Ki Bagus Sidum, bin Ki Bagus Waridah Cisambeng, bin Pangeran Arif, bin Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana), bin Prabu Siliwangi Jaya Dewata.

Dan di ambil dari Jalur Ibu, Ki Bagus Suparno, bin Nyai Bagus Sukinah atau Sukmani,  binti Ki Bagus Abdul Yaman (Patu Yaman), bin Ki Bagus Abdul Manat (Patu Maya), bin Ki Bagus Patu Milhad, bin Ki Bagus Patu Kamdani Jangkung, bin Ki Bagus Arsitem atau Arimba (Pangeran Sukmajaya Dingrat), bin Ki Bagus Demang Secayudha, bin Ki Bagus Sidum, bin Ki Bagus Waridah Cisambeng, bin Pangeran Arif bin Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana), bin Prabu Siliwangi Jaya Dewata.

Gelar Ki Bagus dan Sebutan Patu di Desa Sumber, gelar Ki Bagus lebih dikenal dengan sebutan Patu. Menurut masyarakat setempat, Patu diartikan sebagai “Bapa Tua”. Namun, secara historis, kata Patu memiliki makna “Pangeran Ratu Bagus”, sepadan dengan gelar Tubagus di Banten yang berarti “Ratu Bagus”.

Hal ini memperkuat keterkaitan Desa Sumber dengan Banten, mengingat Pangeran Arif, leluhur mereka, merupakan putra dari Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana), Ki Kuwu Sangkan, dengan istrinya yang berasal dari Banten, Nyimas Dewi Kencana Wulung adik dari Sanghyang Sirah Surosowan. Dengan demikian, jelas bahwa Desa Sumber memiliki garis keturunan dari Pajajaran sekaligus dari Surosowan Banten. Penutup

Demikianlah uraian mengenai sejarah dan silsilah Desa Sumber (Wetan dan Kulon), Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Cerita ini tidak hanya mencerminkan kekayaan sejarah lokal, tetapi juga menunjukkan keterhubungan budaya dan genealogis antara Pajajaran, Banten, dan masyarakat Majalengka.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *