Indramayu, medianetral.com – Relawan yang bergerak untuk pemenangan Nina – Tobroni sepertinya sulit dihadang. Gerakan sporadiknya lebih pada pendekatan “ketemu konco”, ngopi dan ngteh bareng dengan gaya ndeso. Serta obrolan politik dagang rumba, geblog dan onde onde.
Tidak ada janji apapun yang mereka sematkan untuk mengantarkan Nina – Tobroni ke Pendopo Indramayu itu. Kecuali meluruskan isu soal kerusakan Indramayu pada mereka dalam bahasa rumput yang mudah difahami seluruh warga desa.
“Bu Nina tidak bisa sekonyong konyong menyelesaikan persoalan yang jelas jelas sudah membelit di Indramayu. Oleh sebab itu dengan sangat hati hati beliau berusaha menyelesaikannya satu persatu. Dan bahkan rela menjadi martir yang dihujat karena kebijakan kebijakannya yang tidak populis di kalangan pejabat,” jelas relawan dadakan yang tukang tambal ban itu.
Tidak jarang dari obrolan obrolan seperti itu tiba-tiba dijabarkan salah seorang dari mereka yang kemudian dijelaskan kehadapan warga desa yang lurus lugu dan lucu lucu ini.
“Bapak-bapak Ibu-ibu, maksud Kang Seblu Ibu Nina iku sangat hati hati menjadi Bupati, saking ati atine para pejabate kangelan korupsi. Ngarti mboten?” Jelas Kang Sadi tukang nguber nguber penjual pupuk bersubsidi itu.
Diakui atau tidak, gerakan buzzer politik seperti ini jauh lebih militan, sekaligus memberi pencerahan soal informasi informasi sepihak yang mereka terima selama ini.
Terutama soal pasangan Nina Agustina, yang diyakini mampu menambah energi pisitif untuk melanjutkan gerakan Indramayu Bermartabat. Apalagi Tobroni dengan basic pendidikan yang agamis, hal ini akan lebih melengkapi visi menuju Indramayu sehat, cerdas, milenial dengan wawasan lingkungan yang menawarkan nilai-nilai ekonomi dari berbagai bidang.