Jakarta, medianetral.com _ Acara panggung perjuangan pahlawan sastra merah putih tampilkan sejumlah deklamator nasional yang telah membuat semangat ‘patriotik’ bagi generasi milenial (Gen Z) untuk lebih mencintai lagi para pahlawan yang telah gugur melalui bidikan karya sastra berupa puisi atau sajak.
Hal tersebut terlihat langsung dalam acara panggung perjuangan pahlawan sastra merah putih bersama para deklamator nasional dan anak-anak kawula.muda mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Indonesia (UI) yang berlangsung di halaman pekarangan Rumah Betawi Museum Benyamin Sueb di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis sore (14/11/2024).
“Para deklamator nasional yang tampil kali ini membacakan puisi khususnya tentang semangat.kepahlawanan menuju Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dapat memberikan semangat kebangsaan yang lebih kuat bagi generasi muda.milenial agar ke depannya tak kendor makin mencintai karya sastra melalui puisi dan sajak,” pesan Octavianus Masheka (Bung Octa) selaku Ketua Penyelenggara dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) yang merupakan acara sastra kelima kali ini.
Acara sastra -masih dalam rangkaian Hari Pahlawan 10 November 2024 ini -dibuka dengan pembacaan puisi karya sendiri berjudul “Terus Berkibar Sampai Sekarang-untuk Bung Tomo” dan “Selamat Jalan Jenderal, Selamat Jalan Pahlawan” oleh Deklamator Nasional Jose Rizal Manua yang juga dikenal sebagai dramawan dan budayawan yang memiliki toko buku sastra di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta ini.
Dilanjutkan dengan tampilan generasi milenial (Gen Z) Narima Beryl dari Universitas Indonesia (UI) dengan puisi berjudul ” Diponegoro” karya Pujangga Angkatan 45 Chairil Anwar.
Bersamaan juga dengan kehadiran anak.muda Faela Sufas dari Fakultas Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berjudul “Museum Perjuangan” karya Guntowijoyo.
Pembacaan puisi-lebih banyak didominasi anak-anak muda ini- juga menghadirkan Salsabila dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) membacakan karya puisi Toto Sudarto Bachtiar berjudul “Pahlawan Tak Dikenal” .
Penyair Imam Ma’arif (baca puisi dua kali-red) membacakan karya sastrawan fenomenal Chairil Anwar berjudul “AKU” yang juga sudah dikenal generasi.milenial mulai pelajar tingkat SLTP, SLTA, sampai.kepada mahasiswa.
“Kalian para generasi muda terutama mahasiswa dan mahasiswi pasti semua kenal sastrawan yang sangat fenomenal Chairil Anwar ini,” ucap penyair berambut ‘gondrong’ sebahu warna putih yang begitu baik dan semangat membacakan sajak.AKU dan karya sendiri berjudul “Kalau Aku Jadi Presiden” serta puisi berjudul “Januari 1946” karya Taufik Ismail.
Sedangkan Deklamator Nasional Boyke Sulaiman-yang punya vokal lantang- membacakan sajak berjudul “Catatan Tahun 1940” , ia juga tampil baca puisi sebanyak dua kali.
Generasi muda berikutnya Aditya Nugraha mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) begitu bagus dan menjiwai ketika.membacakan sajak almarhum Joko Pinurbo yang bercerita tentang peristiwa kerusuhan di Jakarta bln Mei tahun 1998 lalu.
Nasya Indar, mahasiswi dari Universitas Indonesia (UI)-sering juga tampil baca puisi di Taman Ismail Marzuki- membacakan sajak karya Taufik Ismail berjudul “Buku Tamu Museum Perjuangan”.
Dilanjutkan dengan Ida Paulina membacakan sajak “Keteguhan Sang Garuda” karya Pujangga Chairil Anwar.
Deklamator Nasional yang terakhir yaitu Exan Zen membacakan sajak berjudul “Surabaya” karya Mustofa Bisri.
Acara panggung perjuangan pahlawan sastra merah putih bersama deklamator nasional dan mahasiswa UNJ serta UI ini juga menghadirkan musikalisasi puisi dari Bengkel Sastra dan Zatchestra dengan MC.Reina Putri Ananda.
Sementara itu Ketua Taman Inspirasi Sastra (TISI) Octavianus Masheka (Bung Octa) di Jakarta, Jumat pagi (15/11/2024) menambahkan acara panggung pahlawan sastra merah putih bersama deklamator nasional dan.mahasiswa UI serta UNJ ini akan dilanjutkan di area bersejarah ‘kota tua’ pada Sabtu, 23 November 2024 mulai pukul 15.30 WIB.
“Rangkaian acara ini akan berlanjut di area kota tua dengan tema yang sama, tetapi pengisi acara yang berbeda serta ganti formasi.Kita tetap sinergitas dengan generasi muda.Artinya kami dari generasi tua yang sudah senior akan menyampaikan syiar
karya sastra dengan tujuannya ke depannya generasi milenial atau Gen Z makin tertarik pada dunia kesusasteraan Indonesia, ini visi dan misi dari TISI.Memasyarakatkan sastra dan mensejahterakan masyarakat,” pungkasnya.