Program Lokakarya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Human Initiative (HI) Hadirkan Dinas BPBD Kabupaten Indramayu

Indramayu, medianetral.com – Bertempat di balai Desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Relawan PETA Desa Majakerta di sesi Minggu ketiga mendapatkan Program Lokakarya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Sabtu, (28/9/2024).

Tata Kelola PRBBK di Indonesia mulai dari kebijakan operasional, mekanisme pendanaan dan pelembagaan PRBBK. Dalam diskusi pleno 1 diidentifikasi berbagai kebijakan yang dapat mendukung PRBBK di desa dan komunitas, yang berkaitan dengan program berbasis desa yang memiliki lokus di desa dari berbagai kementerian dan lembaga. Secara operasional kebijakan-kebijakan yang ada telah memberi ruang dalam mengimplementasikan PRBBK melalui program desa dan dana desa.

Dalam hal ini PT. KPI RU VI Balongan berkolaborasi dalam penanganan bencana dengan melakukan upaya yg berkerja sama dengan Human Initiative (HI), dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu dan Pemerintah Desa Majakerta selaku desa Penyangga.

Trisno selaku Kabid BPBD Kabupaten Indramayu dalam sambutannya menyampaikan ” Human Initiative itu mengenai Penanggulangan Resiko Bencana artinya kita terus bergelut dengan yang namanya bencana, dan BPBD punya jargon tersendiri yaitu sebagai sahabat bencana, karena bencana tidak bisa di pisahkan dengan namanya kehidupan.

Regulasi yang mengatur di Peraturan Bupati (Perbup) nomor 116 Tahun 2024 – Tentang Resiko Bencana Tahun 2024 – 2028 itu sebagai dasar kami dalam bekerja diantaranya yaitu memotret, mendefinisikan, menggambarkan posisi kondisi potensi bencana yang ada di Kabupaten Indramayu, berbicara tentang kajian resiko bencana yang paling inten sering muncul di Kabupaten Indramayu yang pertama adalah Banjir sebagai potret kami dari BPBD,  karena di Kabupaten Indramayu di apit oleh sungai besar,  yang meliputi Indramayu barat ada sungai Cipunagara, Indramayu Tengah ada Sungai Cipanas, dan Indramayu Timur ada sungai Cimanuk, dan dalam hal ini kami bekerja selalu berkordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).

” Resiko rawan bencana kedua adalah Kekeringan, di Kabupaten Indramayu ada kurang lebih 3500 hektar lahan pertanian di nyatakan gagal panen. Dan resiko rawan bencana ketiga adalah Abrasi atau Rob air laut masuk ke daratan. Dan yang ke Empat resiko rawan bencana Angin puting beliung/cuaca ekstrim”. Ungkap Trisno

Dirinya menambahkan, diakhir sambutannya Trisno Kabid BPBD Kabupaten Indramayu berpesan

” Menjadi manusia yang berguna adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia”. Tambahnya.

Ditempat yang sama Firman yang mewakili Area Manager Comm. Rel dan CSR PT. KPI RU VI Balongan menyampaikan ” Bahwa dalam hal ini kami bersama-sama untuk terus berkolaborasi dalam penangan Bencana, dengan melakukan upaya dan berkerja sama dengan Human Initiative (HI), BPBD Kabupaten Indramayu, dan Pemdes Majakerta”. Ungkapnya.

Renda Kuwu Majakerta melalui Sekdes Jamroni saat ditemui jurnalis medinanetral.com menyampaikan ” Kami atas nama pemerintah Desa Majakerta mengucapkan terimakasih banyak kepada PT. KPI RU VI Balongan yang telah mendukung program ini dengan hadirnya Human Initiative (HI) di desa kami, dan saya bersyukur sekali bahwa relawan PETA yang sudah di kukuhkan adalah merupakan sebagai perwakilan putra – putri terbaik desa kami, dan saya berpesan kepada relawan PETA manfaatkanlah momen baik ini sebaik-baiknya dari awal hingga akhir,  karena tidak semua desa mendapatkan kesempatan kegiatan program ini.

Desa tangguh bencana memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.

Dan terakhir ucapan terimakasih kepada Dinas BPBD Kabupaten Indramayu yang telah memenuhi undangan program ini untuk memberikan pembekalan kepada relawan PETA yang sudah di kukuhkan”. Ucapnya.

Dirinya menambahkan ” Melakukan upaya pengurangan risiko bencana bersama komunitas di kawasan rawan bencana, agar selanjutnya komunitas itu sendiri mampu mengelola risiko bencana secara mandiri”. tambahnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *