Indramayu, medianetral.com _Kata H. Ahmad Fadlali, S.Ag, MA, kepala M.Ts Negeri 4 Indramayu, buku kumpulan Puisi di Bibir Laut yang memuat karya 250 siswa siswi kelas VII, VIII dan IX itu, adalah kado untuk hari jadi M.Ts N 4 yang saat ini memasuki angka ke 29 tahun.
“Kita menandainya dengan mengangkat kreativitas siswa melalui dunia berfikir yang lebih memiliki nilai kompetitif untuk memberikan tanda majunya sebuah lembaga pendidikan,” ujar kepala sekolah yang juga editor pada buku dimaksud bersama Dwi Wahyuni Aprianti.
Buku yang dicetak M.Ts N 4 Indramayu dengan penerbit Teras Budaya Jakarta pertengahan November 2024 lalu, mendapat respon positif Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, H. Aghuts Muhaimin, S.Pd.I, M.Ag yang memberi pengantar di dalamnya.
“Sebagai kado Milad Ke 29 MTs Negeri 4 Indramayu, H. Ahmad Fadlali, S.Ag. M.A selaku kepala madrasah, sepertinya ingin meletakkan pondasi berfikir yang kuat pada anak didiknya dengan menerbitkan Antologi Puisi di Bibir Laut. Sebab ini tidak hanya memiliki kekuatan historis akademik, tapi juga kemampuan berfikir estetik para siswanya. Dimana perkembangan pemikiran individunya terekam langsung melalui karya puisi yang ditulis para siswa dengan gesekan emosional yang menuntut setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri,” kata H. Aghuts Muhaimin.
Nilai-Nilai dalam Pendidikan
Sebagai lembaga pendidikan yang posisinya berada di perkampungan nelayan, M.Ts Negeri 4 Indramayu memiliki peran penting dalam mengawali wawasan serta membentuk pondasi berfikir anak-anak nelayan, atau warga masyarakat dengan profesi lain yang berdomisili di wilayah tersebut.
Sebab bukan tidak mungkin gesekan kultur yang kuat itu akan berdampak pada orang lain. Berbeda tentunya dengan desa agraris, desa pesisir lebih identik dengan kemiskinan. Bahkan kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari telah menjadikan penduduk di wilayah ini harus menanggung beban hidup yang berat. Oleh sebab itu peran dunia pendidikan yang benar-benar berpihak pada mereka tentu akan sangat membantu merubah cara berpikirnya.
Sementara selama ini orang berharapan keberpihakan pendidikan pada masyarakat, lebih pada keterjangkauan biaya sekolah. Bukan pada pembangunan kualitas yang diharapkan mampu menanamkan dasar-dasar pijakan berfikir ke depannya.
Hal inilah kiranya yang sedang dilakukan Ahmad Fadlali, dimana penanaman nilai-nilai kehidupan dan adab menjadi hal utama sebelum mereka di perkenalkan pada lingkungan dan keterkaitan Allah secara ilahiah yang berperan penuh di dalamnya.
Perlahan-lahan mereka (anak-anak) ini diajak keluar dan diajarkan untuk berfikir bijak. Dari mulai datang ke sekolah, disiplin waktu, berpakaian, menyelesaikan tugas-tugas belajar, menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu akan sangat berdampak pada cara berfikir mereka nantinya. Seperti pada puisi Asramaku karya Arista Anjani, kelas IX (halaman 37.
ASRAMAKU
Tak pernah ku berfikir untuk berhenti
belajar. Sejak aku mengerti sulitnya
untuk mendapatkan informasi
Sebab tidak ada yang bisa ditemukan
di dunia ini tanpa ilmu dan pengetahuan
Jadi bagiku saat ini hidup adalah belajar
untuk mendapatkan ilmu
Aku selalu berusaha untuk menjadi
santri terbaik
Puisi ini merupakan ekspresi kejujuran Arista Anjani yang sekarang sudah duduk dikelas 3. Dimana pengalaman belajar yang dia terima selama 3 tahun di M.Ts ini benar-benar membentuk cara berpikirnya untuk bertanggung jawab terhadap diri dan tentu juga lingkungan keluarga serta tempat tinggalnya. _//Jadi bagiku saat ini hidup adalah belajar/untuk mendapatkan ilmu/_….
Kalau Arista Anjani berasal dari Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu. Fadli Alan berdomisili di Desa Eretan Wetan, yang keduanya adalah bagian dari perkampungan nelayan.
Mereka tidak hanya menjadi saksi dari aktivitas keseharian orang tuanya tapi juga masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Walaupun usia mereka belum dewasa tapi sebagai anak-anak yang sudah berakal, mereka dapat meraba dan bahkan merasakan survive yang berlangsung setiap harinya di sana.
Puisi: Fadli Alan
IBU BEKERJA UNTUK KITA
Ibu bekerja untuk kita
Tapi aku tidak mau jadi anak yang gagal
untuk membahagiakan Ibu
Walaupun sekarang kadang aku egois
itu karena aku belum mengerti
aku seringkali membantah omongan Ibu
Aku janji ibu tidak akan mengulanginya lagi
Karena aku ingin jadi orang hebat
Dan aku butuh Ibu
Terimakasih
Aku sangat menyayangi Ibu
(_halaman 88_)
Persoalan ibu yang dituangkan Fadli Alan bukan hanya sebagai sosok yang harus dihormati dan disayang. Tapi lebih dari itu, sebagai sosok yang berjuang untuk mendapatkan rupiah sebagai pekerja kasar di perkampungan nelayan.
Aku janji ibu tidak akan mengulanginya lagi
Karena aku ingin jadi orang hebat
Dan aku butuh Ibu
Peran pendidikan sangat berpengaruh pada cara berfikir anak-anak ini, dan nilai-nilai moralitas yang berimbas pada rasa welas asih menjadikan mereka mampu mengimbangi persoalan hidup yang menelikung di keluarganya.
Ibu bekerja untuk kita
Tapi aku tidak mau jadi anak yang gagal
untuk membahagiakan Ibu