Oleh: Acep Syahril
Membaca KH.Prof.Dr. Syakur Yassin, MA dari karya-karya puisi yang ditulisnya seperti membaca perjalanan hidup sang penyair yang ditarik menjadi sebuah pembelajaran bagi orang banyak.
Pembelajaran dari karya imajinasi melalui kekuatan visualisasi bahasa yang membuat pembaca dengan mudah menarik kesimpulan, setelah hanyut dalam konflik batin yang begitu kuat.
Seperti puisi Al-Khamriyyah karya besar Syehk Abdul Qadir al-Jailani, kisah cinta yang dihidupkan, dimana Al-Khamriyyah merupakan objek yang memiliki peran ganda. Di satu sisi dia kadang berperan sebagai sosok wanita memabukkan, namun di sisi lain Al-Khamriyyah adalah sebagai puncak kecintaan Al Jailani kepada Sang Khaliq.
Kalau pada puisi Abdul Qadir al-Jailani objek yang dicintainya memiliki nama Al-Khamriyyah, sedangkan pada puisi-puisi Syakur Yassin ditandai dengan kata Kekasih.
Keduanya memiliki peran sama dalam melakukan syiar Islam dan mengambil puisi sebagai karya sastra yang dirasa paling tepat untuk dijadikan media penyambung terhadap masyarakat. Sebab reaksi atas problematika yang terjadi di masyarakat ini, khususnya persoalan batin (cinta) adalah suatu persoalan paling dekat dengan kehidupan semua orang.
Puisi-puisi yang begitu kuat pengekspresian bahsanya, seolah-olah puisi-puisi tersebut adalah perjalanan hidup penyairnya. Perjalanan hidup yang begitu mengusik batiniah, kisah cinta yang membuatnya jatuh dalam ketidak-rukunan tapi menjadi vitalitas dalam pembuktian hidup.
Daya hidup yang begitu dahsyat, kemudian daya hidup itu menjadi semangat luar biasa. Lalu dengan semangat hidup yang tinggi itu dia hiasi luar dalam batang tubuhnya dengan ilmu dan pengetahuan.
Aku tidak bisa memilikimu sepenuhnya dan kalah dalam tipu dunia, tapi aku harus menang dalam pembuktian hidup dan menjadi kekasih-Mu sampai menjelang ajal tiba. Seperti itulah aku berusaha membaca perjuangan Syakur Yassin.
Wahai kekasihku, engkau telah mendustai
dirimu sendiri, lebih baik engkau jujur saja.
Engkau datang bukan karena merindukan
dirimu, melainkan karena engkau sudah
putus asa tidak mampu mendapat lelaki yang
lebih baik daripadaku.
Aku hanya diam tidak menjawab sepatah
katapun. Diam itu, wahai kekasihku, adalah
batas terakhir dari sakitnya hati. Aku tidak
melarang engkau beralasan, mengapa
engkau pergi meninggalkan diriku, karena
alasan itu bisa dibikin bermacam-macam,
semua orang pandai membuat alasan.
Kalimat aku selalu bersamamu, adalah
kata pendek dan sederhana, tetapi
mengandung makna luar biasa, dapat
menghapus segala penderitaan yang tersisa
di hati. Dulu kalimat itu pernah engkau
ucapkan berulang kali.
..
(puisi: Banyak Alasan)
Secara visual penggambaran tentang konflik batin yang dipaparkan Syakur Yassin seolah benar, sebagai bagian dari kisah cintanya. Kisah cinta dan kisah kehidupannya yang jika ditarik kebelakang bisa menjadi sebuah pembenaran.
Sementara kekuatan bahasa serta retoriknya sangat sugestif, sehingga jamaah dan pembacanyapun terus menunggu atau bahkan mengejar kisah kisah cinta selanjutnya.
Syakur Yassin, selama ini hanya dikenal sebagai seorang ulama dari pada penyair, dengan kajian-kajian tasaufnya serta mufasir yang memberikan banyak pencerahan pada masyarakat Indonesia dalam penyampaian pemahaman Al-Quran dan tafsirnya secara lisan melalui media sosial youtobe.
Karena pengauasaan wawasan keilmuan yang luas dengan gaya tutur yang mampu merangsang cara berfikir orang untuk terus menunggu kelanjutan dari setiap pembahasan yang digelarnya.
Sedangkan bentuk naratif pada puisi-puisi Syakur Yassin dengan nilai-nilai religiusnya sangat terasa idiom-idiom estetik seperti pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia, serta personifikasi kekasih yang menjadi objek elastis dengan gaya aku lirik yang khas.
Dalam tema apapun idiom-idiom tersebut tetap memunculkan kesan sufistik dari kesederhanaan diksi cendikia yang dibangun secara konvensional. Yang bergerak dari hulu ke hilir dalam tema apapun tidak terkecuali nasehat tanpa menggurui. Dengan kalimat-kalimat argumentative pada stail aku lirik yang menjadi individu individu terhadap pembacanya.