Study Tour, Anggaran, Kir, Oknum dan Kematian

Tarik Menarik Kepentingan

Indramayu, medianetral.com -Tragedi Paiton adalah peristiwa kecelakaan bis study tour paling mengerikan sepanjang sejarah. Menewaskan 54 siswa penumpang bus pariwisata pada 8 Oktober 2003. Kecelakaan maut ini terjadi di kawasan PLTU Paiton, Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur.

Kehebohan insiden tersebut sampai ke manca Negara, setiap hari berita soal study tour cukup menyita perhatian public lembaran-lembaran surat kabar Indonesia. Dinas Pendidikan, Agen Travel, Komite Sekolah, Kepala Sekolah dan Guru-guru tak ayal jadi sasaran amarah dan pemberitaan.

Sekarang kejadian yang sama juga kembali dialami siswa SMK Lingga Kencana Kota Depok, Jawa Barat, 9 siswa seorang guru dan seorang lagi warga setempat meninggal di lokasi kejadian, di Ciater Subang, Sabtu 15 Mey 2024. Atas kecelakaan ini.

Artinya peristiwa tragis pembawa duka kepada keluarga pelajar di kegiatan study tour bukan kali ini saja. Terjadinya kecelakaan ada yang ditimbulkan dari kelalaian kendaraan lain, tapi sebagian besar kecelakaan karena bus mengalami kerusakan, rem blong (tidak layak jalan) kalau bukan human eror.

Bicara “Rem Blong” berarti persoalannya jelas, bus tersebut sudah tidak layak jalan, kalau benar pihak pemilik armada telah melakukan “kir” kecil kemungkinan bus mengalami kerusakan pada saat dioperasikan.

Kir atau Keur adalah rangkaian aktivitas uji kendaraan bermotor sebagai tanda bahwa kendaraan tersebut layak digunakan secara teknis di jalan raya, khususnya bagi kendaraan yang membawa angkutan penumpang dan barang.

Pada tahun 2013 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pernah mengadakan survei tentang pelaksanaan uji kir bagi angkutan umum di sepuluh kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta.

Dikatakan dari hasil survei itu 70 persen pemilik armada menyerahkan sepenuhnya kepada calo untuk pengurusan uji Kir agar lolos dari 35 item tahapan pengujian. Dari sini pungli dan suap seolah menjadi kebiasaan yang dilegalkan, dan mereka tidak lagi berpikir jernih kalau kendaraan-kendaraan tersebut nantinya akan membawa manusia.

Fokus Pada Pengumpulan Dana

Ketua Komite Sekolah selaku fasilitator memiliki peran penting dalam menginisiasi berbagai kegiatan sekolah yang melibatkan orang tua siswa (masyarakat). Termasuk juga dalam membahas persoalan study tour sampai dengan kebutuhan anggaran yang telah disiapkan oleh pihak sekolah.

Dalam musyawarah antara komite mewakili pihak sekolah dengan para orang tua siswa, mereka lebih konsen membahas soal daerah yang akan menjadi tujuan study tour, agen travel yang sudah dihubungi, kunjungan lokasi wisata, memilih tempat istirahat dan tempat makan serta hotel.

Tidak pernah ada dalam musyawarah tersebut yang membahas soal kelayakan kendaraan yang telah disiapkan pihak travel. Kalaupun ada permintaan dari pihak sekolah, agen travel hanya menunjukkan lembaran surat bukti Kir. Padahal kalau memang benar mereka sama-sama memikirkan keselamatan, sudah seharusnya pihak sekolah mendatangi Dinas Perhubungan yang lebih memahami persoalan Kir tersebut. Jadi jelas di sini pihak sekolah dan komite hanya focus pada persoalan anggaran.

Selain itu dari musyawarah ini sejak dulu sampai sekarang, tidak pernah pihak sekolah memberikan kelonggaran kepada para siswa (khususnya mereka yang tidak mampu). Sebaliknya ada saja dari pihak guru yang kadang sampai ikut membully siswa yang belum juga melunasi anggaran yang telah disepakati itu. Tragisnya lagi tidak jarang ada ancaman kepada siswa yang tidak ikut berangkat.

Seharusnya pihak sekolah sudah harus mempersiapkan musyawarah khusus yang membahas soal klasifikasi sumbangan study tour. Sehingga bagi mereka yang tidak mampu bisa ikut bayar walaupun tidak penuh.

Oknum Oknum yang Meresahkan

Sementara pihak sekolah selama ini selalu menjadi incaran, ancaman dan bahkan jadi ATM oleh oknum-oknum wartawan, LSM juga APH. Ketika mendapat laporan kalau sekolah anu mengadakan study tour dengan mengambil sumbangan dari orang tua siswa, dan dijastis sebagai pelanggaran.

Maka berbagai cara dan trik para oknum ini berusaha sekeras mungkin termasuk mengancam akan memberitakannya kalau pihak sekolah tidak mau memberikan uang penenang kepada mereka, melalui cara-cara paling halus. Kalau tidak berhasil mereka akan membuat laporan ke APH, lalu oknum APH pun langsung menegur dan melayangkan surat. Maka cincailah semuanya.

Cara-cara paling busuk demi kepentingan perut para oknum ini berdalih seolah-olah membela rakyat kecil yang tidak mampu dimintai uang sumbangan buat study tour. Tapi ketika mereka sudah mendapatkan uang penenang dari pihak sekolah, semuanya jadi berubah.

Tidak pernah dari para oknum ini yang mempersoalkan layak atau tidaknya kendaraan yang kelak akan membawa para pelajar itu. Kecuali ancaman mereka terhadap agen travel untuk mendapatkan uang penenang.

Sekarang para oknum itu kembali bermunculan dan teriak-teriak mengompori atau ada juga yang ikut menulis dengan memojokkan dan menyalahkan pihak sekolah. Padahal selama ini mereka cari makan di sana.

Tidak Ada Masalah Dengan Study Tour

Tidak ada masalah dengan kegiatan study tour, sebab kegiatan ini tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Soalnya study tour merupakan komponen penting dari program akademik yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas dan mendapatkan pengalaman praktis bermanfaat.

Jadi kalau karena insiden Bus Blong 15 Mey Berduka, itu bukan disebabkan study tour, tapi lebih pada ketidak kelayakan kendaraan yang digunakan. Disitulah peran manusia untuk menghindari takdir. Sedangkan soal kematian, dimanapun, kapanpun dan sedang pada saat apapun dia bisa datang. Artinya kematian itu bukan karena study tour.

Kita yang pada saat ini sedang sibuk menjastis para komite, kepala sekolah, guru-guru dan agen travel, tiba-tiba setelah itu kita mati. Lantas apakah nantinya kita dilarang membahas persoalan study tour, karena bisa mengakibatkan kematian. (acep syahril)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *